Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyebar di Kudus, Ini Bahaya dari Virus Corona Varian Delta

Kompas.com - 15/06/2021, 15:00 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Virus corona varian Delta mendominasi penularan Covid-19 yang terjadi di Kudus, Jawa Tengah.

Hal tersebut diketahui dari hasil penelitian Whole Genome Sequencing (WGS) yang dilakukan oleh tim dari FK-KMK Universitas Gadjah Mada (UGM), yang dirilis Senin (14/6/2021).

Mengutip laman Kemenkes, Senin (14/6/2021) penelitian tersebut dilakukan sebagai respons terhadap lonjakan kasus Covid-19 di Kudus, yang terjadi setelah libur Idul Fitri.

Ketua Tim Peneliti WGS FK-KMK UGM Gunadi mengatakan, dari total 37 sampel yang diteliti, sebanyak 34 sampel telah keluar hasilnya. Sementara, 3 sampel tidak keluar hasilnya.

Dalam penelitian tersebut, ditemukan 28 dari 34 sampel atau sekitar 82 persen, merupakan varian Delta (B.1.617) yang pertama kali terdeteksi di India.

"Varian Delta ini terbukti meningkat setelah adanya transmisi antarmanusia, dan sudah terbukti pada populasi di India dan di Kudus," kata Gunadi.

Gunadi mengatakan, temuan itu memperkuat hipotesis para peneliti bahwa peningkatan kasus di Kudus adalah karena adanya varian Delta.

Baca juga: Alpha, Delta, dan Petunjuk Jokowi yang Mengubah Prabowo

Bahaya dari varian Delta

Virus corona varian Delta memiliki sejumlah karakteristik mutasi, yang membuat varian tersebut berbeda dan lebih berbahaya dibanding strain asli virus corona SARS-CoV-2. 

Gunadi mengatakan, berdasarkan penelitian yang telah dipublikasikan di The Lancet, terdapat beberapa sebab yang membuat varian Delta dinilai lebih berbahaya. 

1. Berbahaya bagi lansia

Gunadi mengatakan, varian Delta berhubungan dengan usia pasien.

"Semakin tua pasien Covid-19, maka varian Delta ini akan memperburuk kekebalan tubuh pasien tersebut," kata Gunadi.

2. Dapat menginfeksi kembali

Varian Delta diketahui dapat menginfeksi kembali pasien Covid-19. dan makin memperlemah kekebalan tubuh pasien.

Padahal, menurut Gunadi, seharusnya apabila sudah terinfeksi Covid-19 pasien akan mendapatkan antibodi secara alami.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com