KOMPAS.com - Dalam waktu dekat akan ada fenomena astronomi tahunan yang disebut Titik Balik Matahari. Fenomena Titik Balik Matahari akan terjadi pada 21 Juni 2021.
Peneliti di Pussainsa LAPAN, Andi Pangerang, menjelaskan, ketika terjadi fenomena Titik Balik Matahari, Matahari akan berada di paling utara saat tengah hari.
"Tiga hari lagi, ada fenomena yang disebut sebagai Titik Balik Matahari atau Solstis, yakni ketika matahari berada paling utara saat tengah hari," ujar Andi kepada Kompas.com, Jumat (18/6/2021).
Dampaknya, kata dia, bagi belahan utara, siang akan menjadi lebih lama. Sedangkan di belahan Bumi selatan, siang akan menjadi lebih singkat.
Baca juga: Penjelasan Lapan soal Klaim Matahari Terbit dari Utara, Apakah Terjadi di Seluruh Indonesia?
Andi menjelaskan, Matahari memang memungkinkan untuk terbit sekaligus di utara ketika pengamat berada di sekitar lingkar kutub.
Bahkan, ada fenomena yang disebut sebagai Matahari Tengah Malam, yakni ketika matahari terbit sekaligus terbenam ketika tengah malam untuk lingkar kutub utara.
Andi mengatakan, hal itu akan terjadi pada Solstis 21 Juni mendatang. Sementara, untuk lingkar kutub selatan, terjadi pada Solstis 21 Desember 2021.
Dampak lain dari Solstis selain durasi siang hari adalah Matahari yang terlihat lebih tinggi.
"Kalau di lintang sedang (>23,5 derajat), Matahari akan lebih tinggi ketika transit/kulminasi. Sementara untuk sekitar ekuator, tergantung dari belahan bumi manakah masyarakat bertempat," kata Andi.
Dia mencontohkan, seperti yang terjadi di Sabang, Solstis Juni akan menyebabkan Matahari berada di ketinggian 72,5 derajat di arah utara.
Sedangkan di Pulau Rote, Solstis Juni akan menyebabkan Matahari berada di ketinggian 55,5 derajat di arah utara.
"Semakin ke utara akan semakin tinggi dan semakin ke selatan akan semakin rendah. Makanya, untuk kota-kota yang dilalui garis balik utara (tropic of cancer) seperti Muscat (Oman), Matahari akan tepat di atas kepala ketika tengah hari saat Solstis Juni," kata Andi.
Baca juga: Heboh Matahari Terbit dari Utara, Lapan: Tak Ada Hubungannya dengan Kiamat
Andi menjelaskan semua provinsi yang terletak di belahan selatan akan mengalami siang yang lebih pendek, berikut daftar wilayahnya:
Sementara itu, daerah di Indonesia yang berada di belahan bumi utara akan mengalami siang lebih panjang. Lalu, untuk daerah sekitar ekuator, tidak begitu terlihat perbedaan durasinya dengan hari biasa.
Berikut ini beberapa perbandingan durasi siang hari (dari terbit hingga terbenam matahari) di Indonesia saat Solstis:
Andi mengatakan, Lampung akan mengalami siang terpendek, setidaknya selama enam bulan ini dan puncaknya ketika Solstis.
Berikut ini beberapa durasi siang hari di negara-negara lain:
Andi menambahkan, bahkan kota-kota yang terletak di lingkar kutub mengalami siang selama 24 jam.
"Wilayah-wilayah seperti Norwegia bagian utara, Swedia bagian utara, Finlandia bagian utara, kawasan Siberia dan Bering, serta pulau-pulau di Kanada bagian utara juga mengalami siang 24 jam tiada henti ketika Solstis Juni ini," ujar dia.
Sebaliknya, di kutub selatan secara umum mengalami malam yang sangat panjang yakni 24 jam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.