Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
KOMPAS.com - Pengendalian demam berdarah dengue (DBD) dengan nyamuk berteknologi wolbachia diklaim sengaja dilakukan untuk memicu terjadinya pandemi.
Saat ini, teknologi wolbachia memang menjadi salah satu alternatif yang digunakan dalam mengatasi penyakit DBD.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, klaim bahwa wolbachia dibuat untuk memicu pandemi adalah tidak benar atau hoaks.
Klaim nyamuk berteknologi wolbachia akan memicu terjadinya pandemi dibagikan oleh akun Facebook ini pada 17 November 2023.
Berikut narasi yang dibagikan:
Nyamuk WOLBACHIA bikinan Elit Global yg ingin menguasai individu seluruh dunia ,ini akan jadi calon pandemi ke-2 .. SINGAPORE menolak di jadikan Bahan uji Coba.
kenapa Indonesia Mau saja ? Ya alloh apa mau membunuh rakyat Indonesia lagi ? Ini bahaya nya lebih dari covid-19. Bisa menyebab kan penyakit dalam. Sudah di sebarkan di semarang Jakbar Bandung...katanya untuk menanggulangj malaria.
pdahal Indonesia sudah lama tidak punya malaria,,dan obatnya pun sudah di SEDIAKAN oleh Elit Global paramachy mau jualan obat lagi... Semoga keluarga kita selalu dalam lindungan ALLOH SWT,
Setelah ditelusuri, tidak ditemukan bukti bahwa nyamuk berteknologi wolbachia dibuat untuk memicu terjadinya pandemi.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, wolbachia merupakan bakteri alami yang ada pada serangga seperti kupu-kupu, lalat buah, dan lebah.
Berdasarkan hasil penelitian, wolbachia dapat menurukan replikasi virus dengue di tubuh nyamuk Aedes aegypti sehingga dapat mengurangi kapasitas nyamuk sebagai vektor virus.
Kemenkes telah melepaskan nyamuk Aedes aegypti yang mengandung wolbachia di lima kote endemis dengue di Indonesia sejak awal 2023 sebagai strategi untuk mengendalikan DBD.
Menurut Nadia, penggunaan bakteri wolbachia dalam upaya pengendalian penularan DBD tidak akan menimbulkan penyakit baru.
"Wolbachia tidak menimbulkan penyakit baru yang berbahaya bagi kesehatan, sudah ada penelitian dan kajian risiko," kata Nadia, seperti diberitakan Antara, 17 November 2023.
Selain itu, penggunaan wolbachia untuk mengendalikan penularan DBD telah lama diteliti.
Dilansir Kompas.com, kajian soal nyamuk dengan teknologi wolbachia telah dilakukan di Indonesia sejak 2011. Penelitian awal teknologi wolbachia di Indonesia dilakukan oleh World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, dengan dukungan yayasan filantropi Tahija.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, klaim nyamuk berteknologi wolbachia dibuat untuk memicu terjadinya pandemi adalah hoaks.
Kemenkes mengatakan, penggunaan bakteri wolbachia dalam upaya pengendalian penularan DBD tidak akan menimbulkan penyakit baru.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.