Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sulitnya Mengejar Tren Dessert di Indonesia yang Cepat Berubah

JAKARTA, KOMPAS.com - Tren dessert (makanan penutup) di media sosial silih berganti setiap tahun. Dalam satu tahun saja, ada beragam jenis dessert yang viral dan menjadi incaran penikmatnya.

Sebut saja milkbun, cromboloni, croissant cookie, dan puding karamel yang meramaikan tren dessert viral 2024.

"Hampir semua tren viral di media sosial merupakan makanan manis. Jarang sekali yang viral itu makanan asin atau gurih," kata penulis dan praktisi kuliner Indonesia, Kevindra Soemantri dalam diskusi bertajuk "Peluang Bisnis Dessert di Indonesia" di Kumala Garage Store, Jakarta Barat, Selasa (21/5/2024).

Menurut dia, mudahnya menjangkau makanan manis dan membuat ulang dessert serupa menjadi alasan besar mengapa kue-kue manis sering kali viral.

Belum lagi, pertumbuhan toko dessert yang kian meningkat di banyak kota luar Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), seperti Malang dan Magelang.

Baik penyedia maupun penikmat makanan manis, menurut Kevindra, peningkatannya cukup besar.

"Di Jakarta saja, hampir setiap tempat itu antre. Ada tempat baru yang jual kue atau minuman manis, selalu antre," ujar Kevindra. 

"Cepat sekali, tren makanan manis itu cepat sekali berganti," tambah dia.

Perubahan tren dessert di Indonesia nyatanya membawa dampak baik. Hal ini terlihat dari daya beli masyarakat yang meningkat, seperti disampaikan Kevindra.

Bila daya beli masyarakat meningkat, artinya, peluang perputaran ekonomi di sektor makanan dan minuman ini juga terus bertumbuh.

Namun, popularitas dessert viral tak selalu bertahan lama. Umumnya, makanan manis yang menjadi tren di media sosial hanya bertahan selama beberapa waktu.

"Sekarang itu media sosial sangat powerful (kuat) ya. Apa pun yang ada di media sosial, pengin dicoba," kata Head Pastry Chef BEAU Bakery, Arief Maulana Ikhsan.

Dari segi pastry, Arief menilai, banyak pastry viral di Indonesia yang terinspirasi dari drama Korea Selatan.

Sayangnya, perkembangan tren dessert di Indonesia yang cepat berubah ini tak diikuti dengan kemampuan mumpuni dari pekerja di dapur.

"Tidak semua staf (kafe) mengikuti tren itu, sementara permintaan pasar untuk memenuhi tren dessert tersebut sangat tinggi," ujar Arief.

Akhirnya, kata dia, muncul banyak kelas memasak khusus untuk mengejar tren dessert yang secara khusus mempelajari perkembangan tren kuliner.

Skill set menjadi sorotan utama, yang menurut Kevindra dan Arief, masih sangat perlu ditingkatkan oleh pekerja bisnis kuliner.

Bukan hanya mampu membuat kue-kue manis, pelaku dessert juga harus memiliki wawasan luas seputar dessert dan perkembangannya di Indonesia.

"Staf-staf yang sekarang bekerja di industri, mereka sudah sekolah di tahun-tahun lama dengan materi (belajar) saat itu, sedangkan tren sekarang berbeda," jelas Arief.

Kevindra menuturkan, skill set sangat membantu mengejar perkembangan tren dessert di Indonesia yang cepat berubah.

Ia mencontohkan sistem edukasi di Korea Selatan yang disiapkan sejak bertahun-tahun lalu.

"Sistem edukasinya di sana menggabungkan kurikulum modern dan tradisional, jadi masyarakatnya bisa menghasilkan produk baru," tutur Kevindra.

Sementara itu, di Indonesia, Kevin melihat ada kesenjangan antara ilmu yang dipelajari dengan tren kuliner yang terus berganti.

Misalnya, seseorang yang berlatar belakang sekolah kuliner, belum tentu mampu mengikuti perkembangan dessert pada tahun-tahun mendatang bila wawasan dan kemampuannya tidak diasah.

Arief melanjutkan, sebenarnya, kesenjangan ini terjadi karena keterbatasan waktu dalam mengasah wawasan para pelaku kuliner.

Keseharian yang sudah dihabiskan di dapur untuk mengolah bahan kue, membuat pekerja kuliner memiliki waktu terbatas untuk mengembangkan kemampuannya. 

"Waktu dan kemauan menjadi variabel pentingnya sih (dalam pengembangan skill set)," tutup Arief.

https://www.kompas.com/food/read/2024/05/23/114532575/sulitnya-mengejar-tren-dessert-di-indonesia-yang-cepat-berubah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke