Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB Kritik Rencana Ratusan Negara Termasuk Indonesia Atasi Perubahan Iklim

Kompas.com - 18/09/2021, 22:40 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Terlepas dari semua janji pimpinan berbagai negara untuk mengambil tindakan, suhu dunia masih memanas menuju tingkat yang berbahaya. Ini adalah penilaian blak-blakan terbaru dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Para ahli yang bekerja untuk PBB telah mempelajari rencana penanganan persoalan iklim dari lebih 100 negara, termasuk Indonesia, yang mereka sebut tidak meningkatkan target mengurangi emisi karbon sejak tahun 2015.

Para pakar di PBB menyimpulkan bahwa kita sedang menuju ke arah yang salah.

Baca juga: WMO: Banyak Terjadi Bencana Iklim, tapi Tingkat Kematian Lebih Sedikit

Para ilmuwan baru-baru ini menyatakan, untuk menghindari dampak terburuk dari peningkatan suhu, emisi karbon global perlu dikurangi hingga 45 persen pada 2030.

Namun analisis ini menunjukkan bahwa emisi karbon justru akan meningkat sebesar 16 persen selama periode tersebut.

Situasi itu pada akhirnya dapat menyebabkan kenaikan suhu hingga 2,7 derajat Celsius di atas masa pra-industri. Ini jauh di atas batas yang ditetapkan oleh komunitas internasional.

"Peningkatan 16 persen merupakan penyebab keprihatinan besar," kata Patricia Espinosa, kepala tim negosiator urusan iklim PBB.

"Ini sangat kontras dengan seruan kalangan sains untuk mengurangi emisi secara cepat, berkelanjutan, dan berskala besar demi mencegah konsekuensi dan penderitaan iklim yang paling parah, terutama di wilayah yang paling rentan, di seluruh dunia," ujarnya.

Baca juga: 2 Juta Orang di Dunia Meninggal akibat Bencana, Makin Parah karena Perubahan Iklim

Ini adalah peringatan keras terkait skala persoalan yang akan dibicarakan pada konferensi iklim COP26. Ajang ini dijadwalkan berlangsung di Glasgow, Skotlandia, enam minggu mendatang.

Tujuan utama dari perhelatan raksasa ini adalah demi menjaga harapan terkait upaya membatasi kenaikan suhu global dengan cara membujuk banyak negara mengurangi emisi mereka.

Di bawah aturan Perjanjian Paris tentang perubahan iklim, negara-negara diminta memperbarui rencana pengurangan karbon mereka setiap lima tahun.

Namun PBB menyebut bahwa dari 191 negara yang mengambil bagian dalam Perjanjian Paris, hanya 113 negara yang sejauh ini memberikan janji yang lebih baik.

Alok Sharma, Presiden Konferensi COP26, berkata bahwa negara-negara yang memiliki rencana iklim ambisius sudah membengkokkan kurva emisi ke bawah.

Baca juga: Seruan Dekarbonisasi Sistem Energi Secepatnya Melalui IETD 2021

"Tetapi tanpa tindakan dari semua negara, terutama dengan ekonomi terbesar, upaya ini berisiko menjadi sia-sia," ujar Sharma.

Sebuah studi yang dilakukan Climate Action Tracker menemukan, di antara kelompok negara industri terkemuka G20, hanya segelintir, termasuk Inggris dan AS, yang telah memperkuat target mengurangi emisi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pelajar Indonesia di Singapura Luncurkan 'Sahabat Belajar' di Sekolah Bandung

Pelajar Indonesia di Singapura Luncurkan "Sahabat Belajar" di Sekolah Bandung

Global
Seragam Malaysia untuk Olimpiade Paris Dicemoh Publik, Akhirnya Didesain Ulang

Seragam Malaysia untuk Olimpiade Paris Dicemoh Publik, Akhirnya Didesain Ulang

Global
Kudeta Militer Bolivia Hanya Rekayasa?

Kudeta Militer Bolivia Hanya Rekayasa?

Global
Alasan Panglima Militer Bolivia Berupaya Kudeta Presiden

Alasan Panglima Militer Bolivia Berupaya Kudeta Presiden

Global
Drone AS di Laut Hitam, Rusia Peringatkan Kesiapan Konfrontasi Langsung dengan NATO

Drone AS di Laut Hitam, Rusia Peringatkan Kesiapan Konfrontasi Langsung dengan NATO

Global
Debat Pilpres AS 2024: Beda Kata Biden dan Trump soal Perang Gaza, Invasi Rusia, hingga Hak Aborsi

Debat Pilpres AS 2024: Beda Kata Biden dan Trump soal Perang Gaza, Invasi Rusia, hingga Hak Aborsi

Global
Atap Bandara New Delhi India Ambruk, 1 Orang Tewas, Penerbangan Dibatalkan

Atap Bandara New Delhi India Ambruk, 1 Orang Tewas, Penerbangan Dibatalkan

Global
Menengok 'Tempat Paling Menakutkan di Dunia' di Zona Demiliterisasi Korea

Menengok "Tempat Paling Menakutkan di Dunia" di Zona Demiliterisasi Korea

Global
Rangkuman Hari ke-855 Serangan Rusia ke Ukraina: Pakta Keamanan UE-Ukraina | Amnesty International Singgung Rusia

Rangkuman Hari ke-855 Serangan Rusia ke Ukraina: Pakta Keamanan UE-Ukraina | Amnesty International Singgung Rusia

Global
Debat Pilpres AS: Biden Bingung Sendiri, Trump Frontal Menyindir

Debat Pilpres AS: Biden Bingung Sendiri, Trump Frontal Menyindir

Global
Debat Pilpres AS 2024: Biden Sebut Trump Punya Moral seperti Kucing Kampung, Apa Alasannya?

Debat Pilpres AS 2024: Biden Sebut Trump Punya Moral seperti Kucing Kampung, Apa Alasannya?

Global
Debat Pilpres AS 2024: Trump Sebut Biden Telah Jadi seperti Orang Palestina

Debat Pilpres AS 2024: Trump Sebut Biden Telah Jadi seperti Orang Palestina

Global
Oklahoma Perintahkan Sekolah-sekolah Ajarkan Alkitab di Tiap Ruang Kelas

Oklahoma Perintahkan Sekolah-sekolah Ajarkan Alkitab di Tiap Ruang Kelas

Global
Demonstran Antipemerintah Israel Berkumpul di Rumah Netanyahu

Demonstran Antipemerintah Israel Berkumpul di Rumah Netanyahu

Global
Debat Perdana Pilpres AS 2024 Dimulai, Biden dan Trump Tak Berjabat Tangan

Debat Perdana Pilpres AS 2024 Dimulai, Biden dan Trump Tak Berjabat Tangan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com