LONDON, KOMPAS.com - Makanan ultra-olahan dilaporkan telah menggantikan pola makan sehat di seluruh dunia, meskipun semakin banyak bukti risiko yang ditimbulkannya.
Menurut ilmuwan nutrisi, makanan olahan sebaiknya dijual dengan peringatan seperti yang ada pada produk tembakau.
Prof Carlos Monteiro dari Universitas Sao Paulo menyoroti meningkatnya bahaya makanan olahan terhadap anak-anak dan orang dewasa di Kongres Internasional tentang Obesitas minggu ini.
Baca juga: Anak Muda Tak Mau Jadi Petani, Jepang Terancam Kekurangan Makanan
"Makanan ultra-olahan meningkatkan porsi dan dominasi mereka dalam pola makan global, meskipun terdapat risiko yang ditimbulkannya terhadap kesehatan dalam hal peningkatan risiko berbagai penyakit kronis,” kata Monteiro kepada Guardian menjelang konferensi di Sao Paulo.
“Mereka menggantikan makanan yang lebih sehat di seluruh dunia, dan juga menyebabkan penurunan kualitas makanan karena beberapa sifat berbahayanya. Bersama-sama, makanan-makanan ini mendorong pandemi obesitas dan penyakit kronis terkait pola makan lainnya, seperti diabetes," tambahnya.
Peringatan keras ini muncul di tengah meningkatnya konsumsi global makanan olahan seperti sereal, protein batangan, minuman bersoda, makanan siap saji, dan makanan cepat saji.
Di Inggris dan AS, lebih dari separuh rata-rata pola makan kini terdiri dari makanan ultra-olahan.
Bagi sebagian orang, terutama orang-orang yang lebih muda, lebih miskin atau berasal dari daerah tertinggal, pola makan yang mengandung olahan sebanyak 80 persen adalah hal yang biasa.
Pada bulan Februari, tinjauan terbesar di dunia menemukan bahwa makanan ultra-olahan secara langsung terkait dengan 32 efek berbahaya bagi kesehatan, termasuk risiko penyakit jantung, kanker, diabetes tipe 2 yang lebih tinggi, kesehatan mental yang merugikan, dan kematian dini.
Monteiro dan rekan-rekannya pertama kali menggunakan ungkapan "UPF" atau Ultra-Procession Food 15 tahun lalu ketika merancang sistem klasifikasi makanan “Nova”. Hal ini tidak hanya menilai kandungan nutrisi tetapi juga proses yang dialami makanan sebelum dikonsumsi.
Baca juga: [POPULER GLOBAL] Keracunan Makanan di Sekolah Malaysia | Blinken Berterima Kasih ke Prabowo
Sistem ini mengelompokkan makanan dan minuman ke dalam empat kelompok: makanan yang diproses secara minimal, bahan kuliner yang diproses, makanan yang diproses, dan makanan yang diproses secara ultra.
Monteiro mengatakan kepada Guardian bahwa dia sekarang sangat prihatin dengan dampak makanan ultra-olahan terhadap kesehatan manusia sehingga penelitian dan tinjauan tidak lagi cukup untuk memperingatkan masyarakat akan bahaya kesehatan.
Baca juga: Keracunan Makanan di Sekolah Malaysia, 82 Orang Jadi Korban, 2 Tewas
“Kampanye kesehatan masyarakat diperlukan seperti kampanye melawan tembakau untuk mengekang bahayanya,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.