Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Macron Telepon Netanyahu, Desak Cegah Perang Israel-Hezbollah di Lebanon

Kompas.com - 03/07/2024, 05:57 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

PARIS, KOMPAS.com - Presiden Perancis Emmanuel Macron pada Selasa (2/7/2024) mendesak Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu untuk mencegah terjadinya perang antara Israel dan Hezbollah di Lebanon.

Macron mengungkapkan seruannya itu dalam sebuah panggilan telepon dengan Netanyahu.

"Presiden menegaskan kembali keprihatinannya yang serius atas meningkatnya ketegangan antara Hezbollah dan Israel, serta menggarisbawahi kebutuhan mutlak untuk mencegah 'kebakaran besar' yang akan merugikan kepentingan Lebanon dan juga Israel," kata Kantor Kepresidenan Perancis dalam sebuah pernyataan.

Baca juga: Iran Keluarkan Peringatan jika Israel Serang Lebanon

Disebutkan lebih lanjut, Macron juga menegaskan urgensi bagi semua pihak untuk bergerak cepat menuju solusi diplomatik guna mengakhiri perang di Gaza.

"Kedua pemimpin membahas upaya-upaya diplomatik yang sedang dilakukan untuk mencapai hal ini," kata Istana Elysee, dikutip dari AFP.

Perbincangan antara Macron dan Netanyahu terjadi ketika diplomat senior Amerika Serikat, Amos Hochstein, telah dijadwalkan akan mengunjungi Paris pada Rabu (3/7/2024).

Hochstein dijadwalkan bertemu dengan utusan Macron untuk Lebanon, Jean-Yves Le Drian, setelah kunjungan ke Israel dan Lebanon pada Juni untuk mencoba mengamankan gencatan senjata di Gaza.

Macron desak Israel tak serang Rafah dan Khan Younis

Macron juga meminta Netanyahu untuk menahan diri dari "operasi baru" seputaran Rafah atau Khan Yunis di Gaza selatan.

"(Serangan ke sana) Hanya akan memperparah jumlah korban dan situasi kemanusiaan yang sudah menjadi bencana," kata Istana Elysee mengungkap perkataan Presiden Macron.

Sebelumnya, Militer Israel pada Senin (1/7/2024) telah memerintahkan evakuasi sebagian besar wilayah di sebelah timur Khan Younis dan Rafah di sepanjang perbatasan Mesir. 

Mereka tidak secara eksplisit mengumumkan operasi militer, tetapi perintah semacam itu biasanya mendahului serangan besar.

Baca juga: Serangan Israel Hantam Gedung di Lebanon, 5 Orang Terluka

Pengumuman tersebut memicu eksodus massal warga Palestina dari beberapa bagian Gaza selatan pada Selasa ketika pasukan Israel melancarkan serangan mematikan dan bentrok dengan para militan.

Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 37.925 orang, sebagian besar adalah warga sipil.

Bahas nuklir Iran

Istana Elysee menyebut, Macron dan Netanyahu juga telah membahas "perkembangan" terbaru dalam program nuklir Iran, khususnya laporan tentang "pemasangan sentrifugal baru" untuk memperkaya uranium.

Pada pertengahan Juni, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan Iran semakin mengembangkan kemampuan nuklirnya, dan negara-negara Barat khawatir bahwa Iran sedang mengembangkan senjata nuklir setelah AS menarik diri dari kesepakatan 2015 untuk membatasi program atomnya.

IAEA menyebut Teheran telah secara signifikan meningkatkan program nuklirnya dan sekarang memiliki cukup bahan untuk membuat beberapa bom atom, meskipun Iran mengatakan program ini hanya untuk tujuan damai.

Baca juga: Erdogan Tuduh Barat Dukung Rencana Israel Serang Lebanon

"Perancis, dengan para mitranya, tetap berkomitmen penuh untuk terus memberikan tekanan kepada pemerintah Iran, yang harus menghormati kewajiban internasionalnya dan bekerja sama sepenuhnya dengan IAEA," kata kantor Macron.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com