KOMPAS.com - Alam semesta sangat luas, setidaknya yang kita tahu seperti itu.
Dan dari sudut pandang kita, Bumi sepertinya berada di tengah-tengah segalanya.
Baca juga: Di Mana Pusat Alam Semesta?
Tapi sebenarnya apakah ada pusat alam semesta? Jika ada di mana letaknya? Jika Big Bang mengawali alam semesta, lalu dari mana asalnya dan ke mana arahnya?
Untuk mulai menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mari kembali ke 100 tahun yang lalu.
Pada tahun 1920-an, astronom Edwin Hubble membuat dua penemuan menakjubkan yang terjadi secara berurutan.
Seperti dikutip dari Space, ia menemukan bahwa 'pulau alam semesta' yang sekarang dikenal sebagai galaksi terletak sangat jauh dari kita.
Ia juga menemukan pula bahwa rata-rata semua galaksi menjauh.
Untungnya, sudah ada penjelasan teoritis yang berguna untuk semua itu. Teori relativitas umum Einstein telah meramalkan bahwa alam semesta bersifat dinamis, mengembang atau menyusut.
Hal tersebut kemudian membuat ilmuwan mengembangakan apa yang sekarang dikenal sebagai metrik Friedmann-Lemaitre-Robertson-Walker, yang merupakan landasan kosmologi modern.
Solusi persamaan Einstein ini, bersama dengan pengamatan Hubble yang mengejutkan, memberi tahu kita bahwa kita hidup di alam semesta yang mengembang.
Rata-rata, semua galaksi semakin menjauh dari galaksi-galaksi lain, dan dahulu kala, semua materi di kosmos terkompresi menjadi sebuah titik yang sangat kecil yang dikenal sebagai singularitas--Big Bang.
Baca juga: Struktur Misterius Ditemukan di Pusat Bima Sakti, Apa Itu?
Big Bang sebenarnya menjadi pusat alam semesta. Sayangnya, kenyataan yang telah kita temukan tentang alam semesta melalui ilmu pengetahuan modern tidak memberikan penjelasan yang mudah atau bahkan kemampuan untuk membayangkannya.
Itu karena tidak ada pusat alam semesta. Alam semesta tidak berkembang dari mana pun, tidak berkembang menjadi apa pun. Kenapa bisa begitu?
Coba mari kita lihat bagian ujungnya.
Alam semesta menurut definisinya adalah segala sesuatu yang pernah ada.