Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Kembangkan Metode Deteksi Kanker Ovarium Lebih Awal

Kompas.com - 29/06/2024, 14:00 WIB
Annisa Fakhira Mulya Wahyudi,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menurut data dari pusat kanker Globocan tahun 2020, kanker ovarium merupakan 1 dari 5 kanker yang banyak didapatkan pada wanta di Indonesia.

Pada tahun 2020, 10 dari 100.000 wanita di Indonesia menderita kanker ovarium.

Baca juga: Akhirnya, Peneliti Temukan Hubungan Endometriosis dan Kanker Ovarium

Metode untuk mendeteksi kanker ovarium

Kanker ovarium seingkali terdeteksi saat stadium lanjut. Alasannya dikarenakan gejala awal yang tidak spesifik, kurangnya tes skrining yang efektif, dan letak ovarium yang tersembunyi jauh di dalam panggul, sehingga sulit untuk dideteksi melalui pemeriksaan fisik.

Tes darah CA-125, yang mendeteksi peningkatan kadar protein terkait kanker tidak cukup sensitif untuk mendeteksi kanker ovarium, dikutip dari Live Science.

Diagnosis dan pengobatan dini seperti pembedahan dan kemoterapi adalah kunci untuk kelangsungan hidup yang lebih lama pada pasien kanker.

Jika lokasi kanker terbatas pada ovarium atau saluran tuba, sekitar 93 persen pasien diperkirakan dapat bertahan hidup selama lima tahun atau lebih setelah diagnosis.

Sayangnya, sebagian besar pasien tidak terdiagnosis HGOC sampai kankernya berada pada stadium lanjut, yang berarti kanker telah menyebar ke tempat lain di tubuh. Dalam kasus ini, tingkat kelangsungan hidup pasien mungkin serendah 31 persen.

Namun dalam studi terbaru menunjukkan bahwa tanda-tanda kekebalan dalam darah mungkin akan terlihat jika seseorang menderita kanker ovarium empat tahun lebih awal dibandingkan metode konvensional yang digunakan sebelumnya.

Studi terbaru tes darah untuk deteksi kanker ovarium

Studi yang diterbitkan pada tanggal 14 Juni di jurnal Cell Reports Medicine dapat membantu dokter mendiagnosis kanker ovarium lebih cepat, memungkinkan pengobatan lebih dini sebelum kanker menyebar dan berpotensi memperpanjang kelangsungan hidup.

Baca juga: Kanker Ovarium Disebut Silent Killer, Shahnaz Haque: Jangan Takut Pengobatannya, Takutlah Penyakitnya

Dalam studi tersebut, para peneliti menemukan biomarker kekebalan berbasis darah yang dapat digunakan untuk mendeteksi HGOC hingga empat tahun sebelum sebagian besar kasus didiagnosis.

Tim mengungkap biomarker ini setelah menganalisis sampel darah yang diambil dari 466 pasien. Pasien tersebut dalam waktu lima tahun setelah sampel diambil didiagnosis menderita kanker ovarium menggunakan uji klinis konvensional.

Secara khusus, tim tersebut memperhatikan perbedaan yang mencolok dalam jumlah sel imun yang disebut sel T dalam darah antara kelompok wanita yang mengembangkan sel kanker dan tidak.

Sel T sendiri adalah sel yang dipersiapkan untuk mengenali dan menyerang sel kanker. 

Sinyal-sinyal ini dapat dideteksi dua hingga empat tahun sebelum diagnosis dan menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh secara aktif melawan penyakit tersebut.

Penelitian ini masih dalam tahap awal. Namun, penemuan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini dapat dikembangkan dan menjadi masukan untuk kedepannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com