Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paparan Cahaya Terang di Malam Hari Bisa Tingkatkan Risiko Diabetes Tipe 2

Kompas.com - 04/07/2024, 14:30 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Cahaya lampu atau handphone di malam hari dapat mengganggu ritme sirkadian tubuh.

Kini, sebuah studi baru menunjukkan bahwa paparan cahaya buatan setelah tengah malam dapat meningkatkan risiko terkena penyakit diabetes tipe 2.

Penelitian tersebut dilakukan terhadap hampir 85.000 orang, berusia antara 40 dan 69 tahun, yang menggunakan perangkat, siang dan malam selama satu minggu, untuk melacak paparan mereka terhadap berbagai tingkat cahaya.

Studi paparan cahaya dan risiko diabetes 

Sebagai bagian dari eksperimen UK Biobank, kesehatan peserta studi tersebut dipantau selama 9 tahun.

Para peserta yang kemudian mengembangkan diabetes tipe 2 lebih dilaporkan terpapar cahaya antara pukul 12.30 dini hari dan 6.00 dini hari, selama periode studi selama seminggu.

Hasilnya tidak membuktikan hubungan sebab dan akibat, tetapi mengungkap hubungan yang bergantung pada dosis antara cahaya yang lebih terang di tengah malam dengan risiko gangguan metabolisme, yang memperkuat hubungan tersebut.

Baca juga: Minum dari Botol Plastik Bisa Tingkatkan Risiko Diabetes Tipe 2

Para peserta yang termasuk dalam 10 persen teratas dalam hal paparan cahaya di malam hari memiliki risiko 67 persen lebih tinggi untuk terkena diabetes tipe 2 dibandingkan dengan peserta yang termasuk dalam persentil ke-50 terbawah.

Penelitian menunjukkan, paparan cahaya buatan di malam hari, baik itu cahaya kuning dari lampu baca atau cahaya biru dari handphone atau TV , dapat membuat seseorang lebih sulit tertidur.

Namun, bahkan ketika peneliti memperhitungkan pola dan durasi tidur dalam penelitian saat ini, hasilnya tetap sama, yang menunjukkan adanya mekanisme lain yang berperan.

Faktor penyebab lainnya yang mungkin, seperti jenis kelamin, risiko genetiknya terhadap diabetes, pola makan, aktivitas fisik, paparan sinar matahari, merokok, atau konsumsi alkohol, juga tidak berdampak pada hasil.

Sebelumnya, beberapa penelitian observasional juga telah menghubungkan cahaya buatan di malam hari dengan resistensi insulin, tetapi percobaan ini tidak mengukur sumber cahaya buatan di dalam ruangan sedekat atau selama itu.

Bukti yang muncul pada hewan dan manusia menunjukkan paparan cahaya buatan dapat mengganggu ritme sirkadian, yang menyebabkan berkurangnya toleransi glukosa, perubahan sekresi insulin, dan penambahan berat badan, yang semuanya terkait dengan peningkatan risiko gangguan metabolisme seperti diabetes tipe 2.

Baca juga: Studi: Kurang Tidur Tingkatkan Risiko Diabetes Tipe 2

Kekurangan penelitian

Salah satu keterbatasan utama dari penelitian ini adalah bahwa para peneliti tidak dapat memperhitungkan waktu makan, yang dapat berdampak pada ritme sirkadian dan toleransi glukosa.

Lebih jauh, beberapa faktor sosial ekonomi, seperti situasi perumahan seseorang, diperhitungkan pada tingkat regional, bukan tingkat individu, dan hanya orang dewasa yang lebih tua yang dipertimbangkan.

Ada pula fakta bahwa tubuh individu merespons cahaya secara berbeda, dengan beberapa penelitian menunjukkan intensitas cahaya yang dibutuhkan untuk menekan produksi melatonin, yang membantu mengatur ritme sirkadian seseorang, dapat berkisar antara 6 hingga 350 lux .

Namun, percobaan sebelumnya menyatakan bahwa ketika melatonin dan ritme sirkadian terganggu, hal itu dapat menyebabkan pankreas mengeluarkan lebih sedikit insulin. Hal inilah yang menjadi faktor penyebab perkembangan diabetes.

Penelitian yang jauh lebih ketat diperlukan sebelum para ilmuwan dapat benar-benar memahami bagaimana cahaya di malam hari memengaruhi ritme sirkadian dan apa yang dapat dilakukannya terhadap kesehatan metabolisme tubuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com