Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Tokoh Kebangkitan Nasional yang Muncul dari Program Politik Etis

Kompas.com - 21/06/2024, 07:00 WIB
Ini Tanjung Tani,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Memasuki abad ke-20, pemerintah kolonial Belanda menerapkan program politik etis atau politik balas budi.

Salah satu program dari politik etis adalah edukasi atau pendidikan, yang berdampak positif pada lahirnya tokoh-tokoh yang mempengaruhi kebangkitan nasional Indonesia.

Tokoh-tokoh kebangkitan nasional muncul dari program edukasi politik etis, yang bertujuan untuk mengurangi angka buta huruf dan mencetak generasi muda yang terdidik dan terampil.

Ternyata, sistem pendidikan Barat dan sekolah-sekolah yang didirikan oleh Belanda untuk mendukung program tesebut justru menumbuhkan semangat nasionalisme dan kesadaran bangsa untuk melawan penjajahan.

Tokoh-tokoh kebangkitan nasional muncul karena program politik etis atau politik balas budi yaitu Cipto Mangunkusumo, Douwes Dekker, Ki Hajar Dewantara, dr. Soetomo, Wahidin Sudirohusodo, dan HOS Tjokroaminoto.

Baca juga: Sejarah Lahirnya Kebangkitan Nasional

Cipto Mangunkusumo

Cipto Mangunkusumo adalah salah satu tokoh pergerakan Indonesia pendiri Indische Partij (IP), bersama Ernest Douwes Dekker dan RM Suwardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara.

Selama menempuh pendidikan di STOVIA, Cipto aktif menyuarakan kritik terhadap pemerintah Belanda.

Bersama Ki Hajar Dewantara, ia membentuk Komite Bumi Putera sebagai bentuk kritik atas perayaan 100 tahun kemerdekaan Kerajaan Belanda dari Perancis.

Cipto juga sering melakukan propaganda sebagai bentuk kritik kepada pemerintah.

Pemerintah Hindia Belanda akhirnya menanggapi hal tersebut dengan mendirikan Volksraad atau Dewan Perwakilan Rakyat.

Cipto masih melempar kritik bahwa pembentukan Volksraad hanya sebgai lembaga untuk mempertahankan kekuasaan penjajah dengan kedok demokrasi.

Baca juga: Mengapa Indische Partij Dianggap Radikal oleh Belanda?

Douwes Dekker

Ernest Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi merupakan tokoh kebangkitan nasional pendiri Indische Partij pada 1912, bersama Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat.

Douwes Dekker juga merupakan salah satu orang yang meletakkan dasar bagi pemikiran nasionalisme Indonesia pada awal abad ke-20.

Sebagai seorang wartawan dan aktivis politik yang kritis, ia selalu menyuarakan kritik kepada pemerintah Hindia Belanda melalui tulisan.

Douwes Dekker adalah seorang tokoh indo (keturunan Indonesia-Belanda), yang lebih memilih mendukung rakyat Indonesia karenaa melihat banyak sekali ketimpangan yang dilakukan Belanda.

Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara adalah seorang aktivis dan jurnalis yang sangat vokal mengkritik pemerintah Hindia Belanda, sebagaimana dua tokoh pendiri Indische Partij lainnya.

Tulisan-tulisannya yang dimuat di berbagai surat kabar dinilai mampu membangkitkan semangat nasionalisme dan semangat anti penjajahan.

Baca juga: Dua Peristiwa yang Menandai Kebangkitan Nasional

Dua tulisan berisi kritik yang terkenal adalah Als Ik Nederlandsche Was (Seandainya aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk semua, tetapi Semua untuk Satu Juga).

Ki Hajar Dewantara juga berjasa dalam pembangunan pendidikan Indonesia dengan mendirikan Sekolah Taman Siswa.

Berkat jasanya di bidang pendidikan, Ki Hajar Dewantara diberi gelar Bapak Pendidikan Nasional.

Soetomo

Soetemo merupakan lulusan STOVIA yang dipilih menjadi ketua Budi Utomo dan seorang dokter yang mengabdi di berbagai daerah Indonesia.

Ia merupakan tokoh yang setuju dengan kebangkitan Jawa yang dicetuskan oleh dr. Wahidin Sudirohusodo.

Soetomo juga pernah diangkat sebagai dokter dan guru di Nederlandsche Indische Artsen School (NIAS), sekolah kedokteran di Surabaya pada tahun 1923.

Baca juga: Biografi Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia

Wahidin Sudirohusodo

Wahidin Sudirohusodo adalah sosok yang pandai dan lulus dari sekolah kedokteran hingga menjadi pejabat kesehatan.

Semangat kebangkitan nasional Wahidin mulai terlihat ketika ia menjadi pemimpin redaksi surat kabar Retnodhoemilah, yang terbit tiga kali seminggu.

Melalui surat kabar itu, Wahidin melontarkan gagasannya soal kebangkitan Jawa, meliputi nasionalisme, pendidikan, kesamaan derajat, dan budi pekerti.

Setelah upayanya di Retnodhoemilah dirasa kurang membuahkan hasil, ia memilih mundur dan memperjuangkan gagasannya dengan berkeliling untuk menemui pejabat pemerintahan di Jawa yang berpengaruh.

Meski gagasannya banyak mengalami penolakan, Wahidin akhirnya bertemu dengan Sutomo dan sepakat untuk membuat sebuah organisasi.

Organisasi itu adalah Budi Utomo yang lahir pada 20 Mei 1908. Budi Utomo tidak hanya memajukan pendidikan, tetapi juga menyadarkan masyarakat Jawa akan martabatnya sebagai bangsa.

Baca juga: Mengapa Tidak Semua Golongan Priayi Mendukung Berdirinya Budi Utomo?

HOS Tjokroaminoto 

HOS Tjokroaminoto dikenal sebagai salah satu pejuang yang berani melawan pemerintah kolonial Belanda.

Ia kerap menyampaikan pidato untuk memacu semangat patriotisme bangsa Indonesia dan gemar menuliskan kritik keras kepada pemerintah Belanda.

Karena aksinya tersebut, Tjokroaminoto pun dianggap sebagai ancaman oleh Belanda.

Selanjutnya, Tjokroaminoto menjadi salah satu pelopor gerakan serikat buruh di Indonesia dan turut mencetuskan ide-ide politik.

Pada 1911, Haji Samanhudi mendirikan sebuah organisasi politik Islam bernama Sarekat Dagang Islam, yang kemudian menjadi Sarekat Islam (SI).

Tjokroaminoto diminta untuk bergabung ke dalam organisasi ini. Awalnya, ia berperan sebagai komisaris, tetapi ia kemudian dipilih untuk menjadi ketua organisasi.

Semasa kepemimpinannya, SI tumbuh menjadi organisasi yang besar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com