Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

Mengapa RA Kartini Ternama?

Kompas.com - 02/07/2024, 05:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sejarahwan Inggris Peter Carey, tanggal 12 dan 13 Juni 2024 lalu (Rabu dan Kamis) kirim pesan WA (whatsapp). Pesan tertulis tersebut merupakan forward massage (penerusan pesan) dari seorang perempuan (teman Peter).

Pesan dari perempuan itu mengatakan, “nenek buyutnya” sudah menjadi seorang guru perempuan muda di sekolah Belanda di daerah di Indonesia, ketika RA Kartini masih anak-anak (anak kecil).

Perempuan itu saya perkirakan mempertanyakan mengapa hanya RA Kartini yang banyak ditulis dalam banyak buku sejarah secara khusus di Indonesia, Eropa, Jepang, Mesir, Amerika Serikat dan lainya.

Kepada Peter Carey, saya sampaikan pertanyaan dengan harapán, pesan saya itu disampaikan kepada perempuan pengirim pesan tersebut.

Bunyi pesan saya berkata seperti ini. “Apakah nenek buyut perempuan itu meninggalkan warisan artikel-artikel/surat-surat tertulis/karya tulis tentang pemikiran atau karya-karyanya? Apakah nenek buyut perempuan itu membuat artikel yang dimuat di media massa/cetak/buku yang terbit di masanya?" Pertanyaan saya ini tidak mendapat jawaban.

Dalam kelompok WA lainnya yang saya ikuti juga ada yang mengirim pesan tertulis seperti ini, ketika RA Kartini belum lahir atau masih kanak-kanak, di daerahnya sudah ada sejumlah dokter, guru, bidan, anggota parlemen (masa kolonial), perawat dan perempuan-perempuan terpelajar bidang lain-lainnya.

Namun, katanya, mengapa Kartini jadi pahlawan terkenal atau banyak ditulis para sejarahwan Indonesia dan luar negeri.

Kepada pengirim pesan di WA Group itu saya sampaikan pertanyaan seperti yang saya sampaikan kepada Peter Carey.

Jawaban dari pengirim pesan itu seperti ini, tidak ada dokumen tertulis. Katanya, dia akan bertanya pada “orang tua” tentang tokoh-tokoh perempuan yang dia anggap lebih pionir dari RA Kartini.

Saya tanya lagi, “orang tua” yang akan jadi sumber sejarah itu siapa? Apakah “orang tua” yang akan jadi sumber sejarah itu tukang kebun di halaman rumah di wilayahnya? Saya tidak mendapat jawaban, siapa “orang tua” itu. Lucu ya?

Popularitas RA Kartini terasakan sampai saat ini dengan munculnya buku tulisan Dr Joost Cote dari Departemen Sejarah Monash University, Australia.

Buku yang telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa itu berjudul (dalam bahasa Indoneisa) “Kartini - Surat-Surat Lengkap dan Berbagai Catatan (1898 -1908)”.

Buku Joost Cote ini diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan serta dicetak Kompas Gramedia.

Buku Dr Joost Cote (setebal 915 halaman) menekankan peran penting Kartini sebagai pionir gerakan nasionalis di Indonesia.

Surat-surat dan petisi yang ditulis oleh Kartini ditujukan untuk memperjuangkan hak rakyat agar memperoleh kemerdekaan nasional, jauh sebelum rekan-rekan prianya melakukannya di hadapan publik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com