Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

KOMPAS.com - Badai Matahari yang menghantam Bumi pada 10-12 Mei 2024 menjadi yang terkuat dalam 20 tahun terakhir.

Peristiwa tersebut menyebabkan gangguan pada jaringan listrik, jaringan satelit, dan munculnya aurora atau northern light di Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Al Jazeera, kuatnya badai Matahari mendorong Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) mengeluarkan peringatan yang jarang terjadi.

Badan tersebut mengatakan bahwa semburan dari badai Matahari telah mencapai Bumi pada Jumat (10/5/2024) pukul 16.00 GMT, beberapa jam lebih cepat dari perkiraan.

Badai magnet Bumi ekstrem

NOAA menggambarkan badai Matahari yang terjadi pada 10-12 Mei 2024 sebagai badai geomagnetik atau magnet Bumi ekstrem.

Hal tersebut terjadi setelah lontaran massa korona (CME) pertama dari beberapa lontaran massa korona atau coronal mass ejections, yang digambarkan sebagai lontaran plasma dan medan magnet dari matahari, ditingkatkan statusnya oleh NOAA.

Sebelum menerjang Bumi pada 2024, badai Matahari pernah memicu pemadaman listrik di Swedia dan merusak infrastruktur listrik di Afrika Selatan pada Oktober 2003.

Namun, badai geomagnet paling kuat dalam sejarah yang dikenal sebagai Peristiwa Carrington, yang diambil dari nama astronom Inggris Richard Carrington, terjadi pada September 1859.

Berkaca dari kejadian itu, NOAA memperingatkan para operator pembangkit listrik dan pesawat ruang angkasa pada orbit untuk melakukan tindakan pencegahan.

Jaringan listrik dapat terganggu karena badai Matahari lantaran berfluktuasinya medan magnet yang terkait dengan badai geomagnet memicu arus pada kabel panjang, termasuk kabel listrik.

Kondisi tersebut berpotensi menyebabkan pemadaman listrik dan jaringan pipa yang panjang juga dapat dialiri arus listrik sehingga menimbulkan masalah teknik.

Di sisi lain, pesawat ruang angkasa berisiko terkena radiasi tingkat tinggi, meskipun atmosfer mencegahnya mencapai Bumi.

Dampak badai Matahari

NOAA menjelaskan, badai Matahari menyebabkan pengguna sinyal radio frekuensi tinggi mengalami degradasi sementara atau kehilangan sinyal sama sekali di sebagian besar sisi Bumi yang disinari Matahari.

Badan tersebut mengatakan, CME dari badai Matahari bergerak dengan kecepatan yang lebih stabil dengan rata-rata saat ini adalah 800 kilometer per detik.

Untuk diketahui, CME berasal dari gugus bintik matahari yang sangat besar yang 17 kali lebih luas dari Bumi.

Peristiwa tersebut juga menyebabkan merpati dan spesies lain yang memiliki kompas biologis internal dapat terpengaruh.

Para pawang merpati telah mencatat adanya penurunan jumlah burung yang pulang ke rumah selama badai geomagnetik, menurut Jet Propulsion Laboratory milik badan antariksa Amerika Serikat, NASA.

Dilansir dari IFL Science, sebagian besar badai Matahari menghantam Bumi pada Sabtu (11/5/2024).

Ada sekitar 100 badai geomagnet yang parah per siklus matahari atau setiap 11 tahun sekali.

Badai matahari yang ekstrem jauh lebih jarang terjadi, yakni hanya empat kali dalam satu siklus.

https://www.kompas.com/tren/read/2024/05/13/103000065/badai-matahari-mei-2024-jadi-yang-terkuat-dalam-20-tahun-terakhir-apa-saja

Terkini Lainnya

Media Asing Soroti Hasil Grup Indonesia di Ronde 3 Piala Dunia 2026

Media Asing Soroti Hasil Grup Indonesia di Ronde 3 Piala Dunia 2026

Tren
Masuk Grup Neraka di Kualifikasi Putaran Tiga, Bagaimana Peluang Indonesia ke Piala Dunia 2026?

Masuk Grup Neraka di Kualifikasi Putaran Tiga, Bagaimana Peluang Indonesia ke Piala Dunia 2026?

Tren
Apa Itu Indeks Glikemik pada Makanan? Berikut Pengertian dan Faktor yang Memengaruhinya

Apa Itu Indeks Glikemik pada Makanan? Berikut Pengertian dan Faktor yang Memengaruhinya

Tren
Data 282 Layanan Kementerian/Lembaga Hilang Usai Diserang Ransomware, Ini Kata Ahli

Data 282 Layanan Kementerian/Lembaga Hilang Usai Diserang Ransomware, Ini Kata Ahli

Tren
Jokowi Dapat Rumah Pensiun 12.000 Meter, Bagaimana dengan Presiden Sebelumnya?

Jokowi Dapat Rumah Pensiun 12.000 Meter, Bagaimana dengan Presiden Sebelumnya?

Tren
Pesawat Boeing Malfungsi, Dua Astronot NASA Terjebak di Ruang Angkasa

Pesawat Boeing Malfungsi, Dua Astronot NASA Terjebak di Ruang Angkasa

Tren
Tanda Tangan di KTP Dinilai Memalukan, Apakah Bisa Diubah? Ini Penjelasan Dukcapil

Tanda Tangan di KTP Dinilai Memalukan, Apakah Bisa Diubah? Ini Penjelasan Dukcapil

Tren
Kades di Brebes Gunakan Dana Desa untuk Judi Online Hampir Rp 1 Miliar

Kades di Brebes Gunakan Dana Desa untuk Judi Online Hampir Rp 1 Miliar

Tren
Cara Investasi Reksa Dana secara Online Melalui myBCA

Cara Investasi Reksa Dana secara Online Melalui myBCA

Tren
BMKG Deteksi Bibit Siklon Tropis 98W, Adakah Dampaknya bagi Indonesia?

BMKG Deteksi Bibit Siklon Tropis 98W, Adakah Dampaknya bagi Indonesia?

Tren
Pemerintah Gagal Lawan Peretas PDN, Siapa yang Harus Bertanggung Jawab?

Pemerintah Gagal Lawan Peretas PDN, Siapa yang Harus Bertanggung Jawab?

Tren
Laman KIP Kuliah Eror Karena PDN Diserang Ransomware, Kemendikbudristek: Mohon Bersabar

Laman KIP Kuliah Eror Karena PDN Diserang Ransomware, Kemendikbudristek: Mohon Bersabar

Tren
Rincian Tarif UKT UI Terbaru untuk Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri 2024

Rincian Tarif UKT UI Terbaru untuk Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri 2024

Tren
Apakah NPWP Non-efektif Juga Perlu Dipadankan dengan NIK? Ini Kata DJP

Apakah NPWP Non-efektif Juga Perlu Dipadankan dengan NIK? Ini Kata DJP

Tren
Profil Budi Arie Setiadi, Menkominfo yang Didesak Mundur Usai PDN Diserang Ransomware

Profil Budi Arie Setiadi, Menkominfo yang Didesak Mundur Usai PDN Diserang Ransomware

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke