Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Respons Kemenkes soal Bayi di Sukabumi Meninggal Setelah Imunisasi 4 Jenis Vaksin

Kompas.com - 30/06/2024, 13:00 WIB
Alinda Hardiantoro,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) buka suara terkait kasus bayi berusia hampir 3 bulan yang meninggal dunia setelah menerima imunisasi empat jenis vaksin di Puskesmas Sukakarya, Sukabumi, Jawa Barat pada Selasa (11/6/2024).

Bayi berinisial MKA itu meninggal setelah menerima empat vaksin sekaligus, yaitu BCG dan DPT yang diberikan dengan cara disuntik, serta vaksin Polio dan Rotavirus dengan cara ditetes ke mulut.

Vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG) diberikan untuk mencegah penyakit tuberkulosis (TB), dan vaksin DPT-HB-HIB diberikan guna mencegah 6 penyakit, yakni difteri, pertusis, tetanus, Hepatitis B, pneumonia (radang paru), dan meningitis (radang selaput otak) yang disebabkan infeksi kuman Hib.

Sedangkan vaksin Polio tetes untuk mencegah polio, dan Rotavirus untuk pencegahan diare.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pemberian vaksin tersebut merupakan imunisasi ganda, yaitu pemberian vaksin lebih dari satu jenis vaksin dalam sekali kunjungan.

"Pemberian imunisasi dengan 4 jenis vaksin (BCG, DPT-HB-Hib, Polio, Rotavirus) untuk melengkapi status imunisasinya dan mengejar imunisasi yang belum didapatkan," terang Nadia, dikutip dari keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Minggu (30/6/2024).

Di posyandu tersebut, dari 18 peserta imunisasi, ada 3 bayi yang menerima 4 jenis vaksin sekaligus, termasuk bayi MKA.

Diketahui, saat menerima vaksin, MKA dalam kondisi sehat. Namun, selang hitungan jam setelah menerima imunisasi ganda, MKA menunjukkan gejala tubuh yang melemah dan akhirnya meninggal dunia.

Baca juga: Mengenal Imunisasi dan Manfaatnya, Apa Bedanya dengan Vaksinasi?

Bayi telat mendapat imunisasi

Temuan Komite Daerah (Komda) KIPI Jawa Barat dan Pokja KIPI Kota Sukabumi bersama Dinas Kesehatan Kota Sukabumi menyebutkan, bayi MKA tidak pernah dibawa ke Puskesmas setelah  lahir.

MKA baru mendapat imunisasi saat berusia 2 bulan 28 hari di posyandu.

Pada saat lahir, bidan yang membantu proses persalinan hanya memberikan vitamin K dan vaksin Hepatitis B.

Ibu bayi, Deara Wulandari (27) mengonfirmasi bahwa buah hatinya mengalami ketinggalan imunisasi.

"Anak saya ketinggalan imunisasinya dari satu bulan setelah lahir belum pernah imunisasi. Jadi kata bidan disuntiknya dua, BCG dan DPT, terus yang ditetes ke mulut 2 macam," ucap Deara, dilansir dari Kompas.com, Sabtu (15/6/2024). 

Namun, Deara mengatakan, bidan di puskesmas tidak meminta persetujuannya saat memberikan 4 vaksin kepada anaknya pada Selasa (11/6/2024).

Deara berkata, yang menyuntikkan vaksin ke anaknya juga bukan seorang bidan.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Terkini Lainnya

Gagal Eksekusi Penalti pada Menit Kritis, Cristiano Ronaldo: Saya Berada di Titik Terendah

Gagal Eksekusi Penalti pada Menit Kritis, Cristiano Ronaldo: Saya Berada di Titik Terendah

Tren
5 Ciri Paspor Rusak yang Bikin Gagal Terbang, Bisa Didenda Rp 500.000

5 Ciri Paspor Rusak yang Bikin Gagal Terbang, Bisa Didenda Rp 500.000

Tren
Bisakah Kita Mati karena Makan Pedas? Ini Jawaban Ahli

Bisakah Kita Mati karena Makan Pedas? Ini Jawaban Ahli

Tren
Simak, Ini Rincian Formasi CPNS 2024 untuk Penempatan di IKN

Simak, Ini Rincian Formasi CPNS 2024 untuk Penempatan di IKN

Tren
Video Viral Kereta Tabrak Mobil Damkar di Indramayu, KAI: Kendaraan Prioritas Harus Dahulukan KA

Video Viral Kereta Tabrak Mobil Damkar di Indramayu, KAI: Kendaraan Prioritas Harus Dahulukan KA

Tren
Cara Periksa Mata dan Klaim Kacamata Gratis Pakai BPJS Kesehatan

Cara Periksa Mata dan Klaim Kacamata Gratis Pakai BPJS Kesehatan

Tren
5 Hewan Paling Terkenal di Dunia, Salah Satunya Hachiko

5 Hewan Paling Terkenal di Dunia, Salah Satunya Hachiko

Tren
Ada Jeda Beri Pertolongan pada Zhang Zhi Jie, Berapa Lama 'Golden Period' Henti Jantung Saat Olahraga?

Ada Jeda Beri Pertolongan pada Zhang Zhi Jie, Berapa Lama "Golden Period" Henti Jantung Saat Olahraga?

Tren
Pria Jepang 89 Tahun Buat 11 Aplikasi iPhone, Belajar dari ChatGPT

Pria Jepang 89 Tahun Buat 11 Aplikasi iPhone, Belajar dari ChatGPT

Tren
Suplemen Daun Kelor Bisa Membahayakan Kondisi Kesehatan Tertentu, Ini Penjelasannya

Suplemen Daun Kelor Bisa Membahayakan Kondisi Kesehatan Tertentu, Ini Penjelasannya

Tren
Sederet Fakta Kasus Kebakaran di Karo yang Menewaskan Wartawan dan Keluarganya

Sederet Fakta Kasus Kebakaran di Karo yang Menewaskan Wartawan dan Keluarganya

Tren
Kebimbangan Golkar pada Pilkada Jakarta, Usung Ridwan Kamil tapi Bisa Menyulut Kecemburuan Elite Partai

Kebimbangan Golkar pada Pilkada Jakarta, Usung Ridwan Kamil tapi Bisa Menyulut Kecemburuan Elite Partai

Tren
7 Sarapan Paling Tidak Sehat untuk Dikonsumsi, Ada Roti Tawar

7 Sarapan Paling Tidak Sehat untuk Dikonsumsi, Ada Roti Tawar

Tren
Kata Media Asing soal Pemain Badminton Zhang Zhi Jie Meninggal Saat Tanding di Yogyakarta

Kata Media Asing soal Pemain Badminton Zhang Zhi Jie Meninggal Saat Tanding di Yogyakarta

Tren
Rincian Biaya Kuliah Universitas Terbuka 2024/2025 Jenjang Sarjana

Rincian Biaya Kuliah Universitas Terbuka 2024/2025 Jenjang Sarjana

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com